Allahberfirman, "Berdoalah kepada-Ku, pasti akan Aku kabulkan" (QS. Al-Mumin : 60). Jika kita ingin mendapatkan tempat yang baik, maka kita dianjurkan membaca doa ini.
BERDO’ALAH KEPADA-KU NISCAYA AKU AKAN KABULKAN!Oleh Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni MABerdo’a dan memohon kepada Allâh Azza wa Jalla adalah sifat hamba-hamba-Nya yang shalih dan dengannya mereka dipuji dalam banyak ayat al-Qur’ Azza wa Jalla berfirmanإِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَSesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka selalu berdo’a kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ dalam beribadah [Al-Anbiyâ’/21 90].Dalam ayat lain, Allâh Azza wa Jalla memuji hamba-hamba-Nya yang shalih dalam firman-Nyaتَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَLambung mereka jauh dari tempat tidurnya karena mereka selalu mengerjakan ibadah dan shalat ketika manusia sedang tertidur di malam hari, sedang mereka berdo’a kepada Allâh dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka [As-Sajdah/3216].Allâh Azza wa Jalla juga berfirman tentang sifat-sifat Ibadur Rahman hamba-hamba Allâh Azza wa Jalla yang MahaPemurahوَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا ﴿٦٤﴾ وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ ۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًاDan mereka adalah orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan beribadah kepada Rabb mereka Allâh Azza wa Jalla . Dan mereka berdo’a Ya Rabb kami, jauhkan kami dari azab neraka Jahannam, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal [Al-Furqân/2564-65].Mereka selalu berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla karena mereka mengetahui dan meyakini bahwa semua kebaikan dunia dan akhirat ada di tangan-Nya, semua kebutuhan manusia hanya Dia-lah yang maha kuasa memenuhinya, serta semua keburukan yang ditakutkan menimpa mereka hanya Dia Azza wa Jalla yang maha mampu mencegahnya. Maka dengan keyakinan ini, mereka selalu berdo’a dan memohon kepada Allâh Azza wa Jalla di semua waktu dan keadaan, karena kunci untuk membuka pintu-pintu kebaikan yang ada di tangan Allâh Azza wa Jalla adalah dengan sungguh-sungguh memohon dan meminta Mutharrif bin Abdillâh bin asy-Syikhkhîr rahimahullah berkata “Aku mengingat-ingat apakah penghimpun segala kebaikan, karena kebaikan itu banyak; puasa, shalat dan lain-lain. Semua kebaikan itu ada di tangan Allâh Azza wa Jalla , maka jika kamu tidak mampu memiliki apa yang ada di tangan Allâh Azza wa Jalla kecuali dengan memohon kepada-Nya agar Dia memberikan semua itu kepadamu, maka berarti penghimpun semua kebaikan adalah berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla ” [1].Senada dengan ucapan di atas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya berdo’a kepada Allâh adalah kunci pembuka segala kebaikan” [2].AGUNGNYA KEDUDUKAN DO’AKedudukan do’a dalam Islam sangat agung, keutamaannya sangat besar dan kemuliaannya sangat tinggi, karena do’a merupakan ibadah yang paling agung dan ketaatan yang paling tinggi. Oleh karena itu, banyak ayat al-Qur’an dan hadits Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam yang menjelaskan kedudukannya yang agung dan tinggi, serta keutamaan yang besar bagi orang yang selalu mengerjakannya [3].Allâh Azza wa Jalla berfirmanوَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَDan Rabbmu berfirman“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku berdo’a kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina [Al-Mu’min/Ghafir/40 60].Dalam sebuah hadits yang shahih, dari an-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Berdo’a adalah ibadah”, lalu Beliau Shallallahu alaihi wa sallam membaca ayat di atas [4]. Maka maksud ibadah dalam ayat di atas adalah berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla .Ayat yang mulia ini menunjukkan agungnya karunia dan rahmat Allâh Azza wa Jalla kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, karena Dia Azza wa Jalla memotivasi mereka untuk selalu berdo’a kepada-Nya, yang itu merupakan kunci kebaikan diri mereka di dunia dan akhirat, dan Dia Azza wa Jalla menjanjikan pengabulan do’a di akhir ayat ini, Allâh Azza wa Jalla memberikan ancaman keras bagi orang yang menyombongkan diri dan berpaling dari berdo’a kepada-Nya[5]. Inilah makna sabda Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam , Sesungguhnya barangsiapa yang enggan untuk memohon kepada Allâh maka Dia akan murka kepadanya [6].Kalau kita renungkan dengan seksama ayat yang mulia ini, kita akan dapati isyarat makna agung sehubungan dengan mulianya kedudukan berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla , yaitu bahwa orang yang paling dicintai Allâh Azza wa Jalla adalah orang selalu berdo’a dan memohon kepada-Nya, sebagaimana orang yang enggan berdo’a kepada-Nya maka dialah yang paling dibenci dan ini yang diungkapkan oleh Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah dalam ucapan beliau, “Wahai Dzat yang menjadikan hamba yang paling dicintai-Nya adalah yang berdo’a dan banyak memohon kepada-Nya. Wahai Dzat yang menjadikan hamba yang paling dibenci-Nya adalah hamba yang tidak mau berdo’a kepada-Nya. Tidak ada satupun yang bersifat seperti itu selain-Mu, wahai Rabb-ku” [7].Oleh karena itu, taufik dari Allâh Azza wa Jalla yang merupakan sebab utama tercurahnya semua kebaikan dunia dan akhirat bagi seorang hamba, kunci utama untuk mendapatkannya adalah berdo’a dengan sungguh-sungguh dan memperlihatkan rasa butuh yang sangat kepada Allâh Azza wa Jalla .Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Kalau semua kebaikan asalnya dengan taufik yang itu adanya di tangan Allâh semata dan bukan di tangan manusia, maka kunci untuk membuka pintu taufik adalah selalu berdo’a, menampakkan rasa butuh, sungguh-sungguh dalam bersandar, selalu berharap dan takut kepada-Nya. Maka ketika Allâh telah memberikan kunci taufik ini kepada seorang hamba, berarti Dia ingin membukakan pintu taufik kepadanya. Dan ketika Allâh memalingkan kunci taufik ini dari seorang hamba, berarti pintu kebaikan taufik akan selalu tertutup baginya” [8].Bahkan lebih dari itu, berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla dengan merendahkan diri dan menampakkan rasa butuh kepada-Nya merupakan wujud al-ubudiyah penghambaan diri seorang hamba kepada Allâh Azza wa Jalla, sekaligus merupakan pengakuan terhadap agungnya sifat rububiyah Allâh menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya serta sifat-sifat kesempurnaan-Nya yang Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Allâh memerintahkan kepada hamba-Nya untuk berdo’a dan memohon kepada-Nya untuk menampakkan kedudukan al-ubudiyah penghambaan diri, kebutuhan dan ketergantungan hamba tersebut kepada Allâh Azza wa Jalla , serta dalam rangka pengakuan agungnya sifat rububiyah menciptakan dan mengatur alam semesta beserta isinya, sempurna kemahakayaan dan kemahaesaan-Nya dalam melimpahkan karunia dan kebaikan kepada hamba-hamba-Nya, dan bahwa sungguh seorang hamba tidak akan bisa terlepas dari kebutuhan kepada limpahan karunia-Nya meskipun hanya sekejap mata” [9].Maka berdo’a kepada Allâh Azza wa Jalla dengan memperlihatkan ketundukkan dan ketergantungan kepada-Nya adalah sebab perhatian dan pemuliaan Allâh Azza wa Jalla kepada hamba-hamba-Nya [10], sebagaimana dalam firman-Nyaقُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ ۖ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًاKatakanlah “Rabbku tidak mengindahkan kamu, kalau kamu tidak berdo’a dan beribadah kepada-Nya. Tetapi bagaimana kamu beribadah kepada-Nya, padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya, karena itu kelak azab pasti menimpamu [Al-Furqân/2577].Dalam hadits-hadits lain, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang agungnya kedudukan do’aDari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Seutama-utama ibadah adalah berdo’a”[11].Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada sesuatupun yang lebih mulia bagi Allâh daripada do’a” [12].Semua dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa do’a adalah ibadah yang paling utama, bahkan merupakan asas dan ruh ibadah. Hal ini disebabkan adanya beberapa keistimewaan yang terdapat di dalam do’a, di antaranya1. Sesungguhnya di dalam do’a terdapat sikap merendahkan diri, memperlihatkan kebutuhan dan ketergantungan kepada Allâh Azza wa Jalla .2. Sesungguhnya ibadah akan semakin sempurna dan tinggi keutamaannya ketika hati semakin khusyu’ dan pikiran semakin fokus, sedangkan do’a merupakan ibadah yang paling dekat untuk meraih tujuan agung ini, karena kebutuhan dan ketergantungan seorang hamba akan menjadikan hatinya lebih khusyu’ dan Sesungguhnya do’a mengandung konsekuensi sifat tawakal penyandaran hati yang benar kepada Allâh Azza wa Jalla untuk meraih kebaikan dan mencegah keburukan dan memohon pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla , yang keduanya merupakan ruh ibadah dan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla [13].MAKNA DO’A DAN MACAMNYASecara bahasa, do’a berarti mencondongkan memalingkan sesuatu kepadamu dengan suara dan ucapan darimu [14].Adapun secara syar’i, berdoa adalah bermunajat berucap dengan suara yang pelan kepada Allâh Azza wa Jalla dengan menyeru-Nya untuk memohon sesuatu kebaikan dan menolak sesuatu keburukan [15].Atau makna yang lebih lengkap menyeru kepada Allâh Azza wa Jalla dengan ucapan yang mengandung permohonan dan sanjungan kepada-Nya dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna [16].Para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah membagi do’a menjadi 2 macam [17]1. Do’a permohonan, inilah macam do’a yang sedang kita bahas dalam tulisan Do’a ibadah dan sanjungan, yang ini meliputi semua jenis ibadah yang disyariatkan dalam Islam, lahir dan batin. Misalnya shalat, puasa, berdzikir, berkurban, takut, berharap, bertawakal, mencintai dan ibadah-ibadah lainnya [18].Dalam hadits shahih yang telah kami sebutkan di atas, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Berdo’a adalah ibadah” [19]Hadits ini menunjukkan bahwa do’a adalah ibadah agung yang merupakan hak Allâh Azza wa Jalla yang murni, dan ini mencakup dua macam do’a yang disebut di atas. Maka memalingkan ibadah ini kepada selain Allâh Azza wa Jalla atau menyekutukan Allâh Azza wa Jalla dengan makhluk di dalamnya adalah termasuk perbuatan syirik besar yang menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam yang mulia ini, na’uudzu billahi min Azza wa Jalla berfirmanوَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَPadahal mereka tidak diperintahkan kecuali hanya untuk menyembah Ilah sembahan yang benar, Allâh Yang Maha Esa; tidak ada Ilah sembahan yang benar selain Dia. Maha suci Allâh dari apa yang mereka persekutukan [At-Taubah/931].Dalam ayat lain, Dia Azza wa Jalla juga berfirmanقُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًاKatakanlah “Sesungguhnya aku hanya berdo’a beribadah kepada Rabb-ku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya [Al-Jinn/7220].Dan ayat-ayat lain dalam al-Qur’an yang menjelaskan larangan keras memalingkan do’a kepada selain Allâh Azza wa Jalla atau menyekutukan Allâh Azza wa Jalla dengan makhluk di dalamnya. Ayat-ayat tersebut sangat banyak dan beragam kandungannya, untuk menggambarkan besarnya keburukan perbuatan syirik ini dan sangat kerasnya ancaman bagi yang melakukannya, wal’iyaadzu billah. Sampai-sampai salah seorang Ulama Ahlus Sunnah berkata, “Kita tidak mengetahui jenis kekufuran dan kemurtadan yang disebutkan dalam dalil-dalil dari al-Qur’an dan hadits Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam seperti keburukan yang disebutkan dalam dalil-dalil tersebut tentang berdo’a kepada selain Allâh, berupa larangan yang keras dari perbuatan tersebut, peringatan untuk menjauhinya, dan ancaman keras bagi yang melakukannya” [20].[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XX/1438H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab “az-Zuhd” no. 1346. [2] Kitab “Majmuu’ul fata-wa” 10/661. [3] Lihat penjelasan Syaikh Abdur Razzaq al-Badr dalam kitab “Fiqhul ad’iyati wal adzkâr” 2/7. [4] HR Abu Dawud no. 1479, at-Tirmidzi 5/211, Ibnu Majah no. 3828 dan lain-lain, dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani. [5] Lihat kitab “Tafsir Ibnu Katsir” 4/109 dan “Taisîrul Karîmir Rahmân” hlm. 740. [6] HR at-Tirmidzi no. 3373 dan al-Hakim 1/667, dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani. [7] Dinukil oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsir beliau 4/109. [8] Kitab “Al Fawa-id” hlm. 133- cet. Muassasah ummil Qura, Mesir 1424 H. [9] Kitab “Madârijus sâlikîn” 3/102. [10] Lihat kitab “Taisîrul Karîmir Rahmân” hal. 587. [11] HR. Al-Hakim 1/667, dinyatakan shahih oleh al-Hakim, disepakati oleh adz-Dzahabi dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab “Silsilatul ahâ-dîtsidh dha’îfati wal maudhû’ah” no. 1579. [12] HR. At-Tirmidzi 5/455, Ahmad 2/362, Ibnu Hibban 3/151 dan al-Hakim 1/666, dinyatakan shahih oleh Imam Ibnu Hibban dan al-Hakim, serta dinyatakan hasan oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani. [13] Lihat kitab “Fiqhul ad’iyati wal adzkâr” 2/13. [14] Kitab “Mu’jamu maqa-yîsil lugah” 2/228. [15] Lihat keterangan Imam Abu Hayyan al-Andalûsi dalam kitab tafsir beliau “al-Bahrul muhîth” 5/361. [16] Lihat keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam “Majmû’ul fatâwa” 15/19 dan Imam Ibnul Qayyim dalam “Bada-i’ul fawa-id” 3/521. [17] Lihat keterangan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam “Majmû’ul fatâwa” 10/258, Imam Ibnul Qayyim dalam “Jalâul afhâm” hlmn. 155 dan Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di dalam “Taisîrul Karîmir Rahmân” hlmn 87. [18] Lihat keterangan Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di dalam “Taisîrul Karîmir Rahmân” hlmn 257 dan 415. [19] HR Abu Dawud no. 1479, at-Tirmidzi 5/211, Ibnu Majah no. 3828 dan lain-lain, dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani. [20] Lihat kitab “Fiqhul Ad’iyati Wal Adzkâr” 2/39-40. Home /A7. Adab Do'a dan.../Berdo’alah Kepada-Ku Niscaya Akan...
Allahberfirman, 'Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni'." (HR. Muslim) 3. Menghadap kiblat. Ketika berdoa, hendaknya menghadap ke arah kiblat. Hal tersebut telah dicontohkan oleh Rasul setiap kali beliau berdoa.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID EQpefLV7TZFijGM-1t4DK3uGhA4T0nzSI4h6luGfefVGowqIjacUVg==
Berdoalahkepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan. 8. Yakin akan Dikabulkan Berikutnya adab berdoa yakni yakin akan dikabulkan. Allah SWT maha mengabulkan doa selama tidak ada sesuatu pun yang menghalanginya. Dari Abdullah bin Amr Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Tadabbur Al-Quran Siri 4 Tajuk Berdoalah, Pasti Allah Akan Kabulkan dan Janganlah Menjadi Orang Yang Sombong Ayat al-Mu’min 40 ayat ke 60 Allah berfirman وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ “Dan Rabb-mu berfirman Berdo’alah kepada-Ku, nescaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” al-Mu’min 40 ayat 60 Perintah Untuk Berdoa Ibnu Kathir berkata هذا من فضله تبارك وتعالى وكرمه أنه ندب عباده إلى دعائه وتكفل لهم بالإجابة كما كان سفيان الثوري يقول يامن أحب عباده إليه من سأله فأكثر سؤاله ويا من أبغض عباده إليه من لم يسأله وليس أحد كذلك غيرك يا رب “Ini merupakan anugerah dan kurnia Allah tabaraka wa ta’ala. Dia menganjurkan hamba-hamba-Nya untuk berdoa, dan Dia juga yang menjamin terkabulnya doa tersebut. Sebagaimana yang diucapkan oleh Sufyan ats-Tsauri, “Wahai Dzat yang lebih mencintai hamba-hambaNya yang meminta dan memperbanyak permintaan kepadaNya. Wahai Dzat yang lebih membenci hamba-hambaNya yang tidak meminta kepadaNya. Dan tidak ada selain Engkau yang demikian wahai Rabb” Senada dengan makna ini, seorang penyair berkata لله يغضب إن تركت سؤاله وبني آدم حين يسأل يغضب “Allah benci apabila engkau meninggalkan permohonan kepada-Nya, sedangkan anak Adam manusia benci apabila diminta kepadanya” Qatadah berkata, bahawa Ka’bul Ahbar berkata أعطيت هذه الأمة ثلاثا لم تعطهن أمة قبلها إلا نبي كان إذا أرسل الله نبيا قال له أنت شاهد على أمتك وجعلكم شهداء على الناس وكان يقال له ليس عليك في الدين من حرج وقال لهذه الأمة وما جعل عليكم في الدين من حرج » وكان يقال له ادعني أستجب لك وقال لهذه الأمة ادعوني أستجب لكم » رواه ابن أبي حاتم “Diberikan kepada umat ini tiga keutamaan, yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, kecuali kepada Nabi mereka sahaja 1. Ketika Allah mengutus seorang Nabi, dikatakan kepadanya, “Aku jadikan engkau sebagai saksi atas umatmu”. Sedangkan kepada umat ini Allah berfirman “Dan aku jadikan kalian wahai umat Islam sebagai saksi atas umat manusia” 2. Dikatakan kepada Nabi tersebut, “Tidak ada kesempitan bagimu didalam agama”, sedang kepada umat ini dikatakan وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ “Dan Dia tidak sekali-kali menjadikan untuk kamu sekalian wahai umat Islam kesempitan didalam agama” Al-Hajj 22 78 3. Dikatakan kepada Nabi tersebut, “Berdo’alah kepada-Ku, nescaya Aku akan penuhi do’amu itu”. Sedangkan kepada umat ini dikatakan ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ “Berdo’alah kalian kepada-Ku, nescaya akan Aku perkenankan untuk kalian” al-Mu’min 40 60 Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim.” Tafsir al-Quranul Azhim, oleh Ibnu Kathir, al-Mu’min 40 60 Doa Adalah Ibadah Imam Ahmad telah meriwayatkan dari an-Nu’man bin Basyir radiyallahu anhu, dia mengatakan bahawa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَة “Sesungguhnya doa itu adalah ibadah” Kemudian beliau membaca ayat وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ “Dan Rabb-mu berfirman Berdo’alah kepada-Ku, nescaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” al-Mu’min 40 ayat 60 HR at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir. at-Tirmidzi berkata “Hadis ini hasan sahih” Orang Yang Tidak Berdoa Adalah Orang Yang Sombong Firman Allah إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku”. Ibnu Kathir berkata “iaitu maksudnya enggan berdo’a kepada-Ku dan enggan Mentauhidkan-Ku” Firman Allah سيدخلون جهنم داخرين “akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” Ibnu Kathir berkata “iaitu maksudnya dalam keadaan nista dan tercela” Tafsir al-Quranul Azhim, oleh Ibnu Kathir, al-Mu’min 40 60 Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, baginda bersabda يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ النَّاسِ، يَعْلُوهُمْ كُلُّ شَيْءٍ مِنَ الصَّغَارِ، حَتْى يَدْخُلُوا سِجْنًا فِي جَهَنَّمَ يُقَالُ لَهُ بُولَسُ، تَعْلُوهُمْ نَارُ الْأنْيَارِ، يُسْقَوْنَ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ، عُصَارَةِ أَهْلِ النَّار “Orang-orang yang menyombongkan diri akan dikumpulkan pada Hari Kiamat, seperti semut kecil dalam gambaran manusia, yang mana mereka ditimpa kehinaan disetiap keadaan. Hingga mereka masuk ke penjara di Neraka Jahannam yang bernama Bulas dan mereka diliputi oleh segala jenis api. Mereka diberi minum dengan Thiinatul Khabaal, iaitu cairan nanah penghuni Neraka” HR Ahmad, Hadis Hasan; lihat Sahihul Jami’ no. 8040
Jadijika ingin segera dikabulkan doanya maka ikutilah segala perintah Allah seperti Sholat, Puasa dll dan hindarilah larangan-larangan Allah agar mendapatkan rezeki yang berkah membawa kebaikan dunia dan akhirat. 2. Salah satu dari sifat Allah (Asmaul Husna) yaitu Al Hayiy yang artinya Maha Pemalu.
- Bulan suci Ramadan merupakan waktu penuh berkah dan istimewa di kalangan umat Islam. Dari sejarahnya, Ramadan adalah momen ketika Al-quran diturunkan, wahyu pertama yang menandai penyebaran Islam di tanah Arab yang kemudian meluas ke seluruh penjuru dunia. Allah SWT menjanjikan bahwa amalan baik yang dilakukan pada Ramadan akan dilipatkandakan pahalanya, demikian juga sebaliknya, perilaku buruk akan diganjar dosa berlipat-lipat pula. Salah satu amalan baik yang dianjurkan bagi setiap muslim adalah berdoa kepada Allah SWT. Perintah berdoa ini dijelaskan dalam Alquran sudah Ghafir ayat 60 “Berdoalah kepada-Ku, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina,” QS. Ghafir [40] 60. Bertepatan dengan momen Ramadan kali ini, umat Islam masih menjalankan ibadah puasa dalam situasi pandemi Corona, maka ada baiknya untuk memperbanyak doa agar virus Covid-19 dapat segera berlalu."Kita senantiasa mendekatkan diri, berdoa dan bermunajat kepada-Nya agar Allah mengeluarkan kita dari beban berat yang dialami dan di tangan kuasa-Nya tidak ada sesuatu yang mustahil. Innalillaahi wainna ilaihi roji'uun. Semuanya dari Allah dan akan kembali kepada-Nya," kata Ketua umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir melalui akun YouTube Muhammadiyah Channel. Saat Ramadan, terdapat momen-momen khusus ketika doa yang dipanjatkan mustajab di sisi Allah dari laman Kemenag, berikut waktu-waktu mustajab berdoa pada Ramadan 1. Momen sepertiga malam dan waktu sahurUsai tengah malam, sekitar pukul 2 dini hari hingga imsak, umat Islam dianjurkan memanjatkan doa kepada Allah SWT. Pada waktu tersebut, doa yang dipanjatkan bernilai tinggi daripada waktu-waktu lainnya dan langsung didengar Allah SWT. Hal ini tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah bahwasanya Nabi Muhammad bersabda “Rabb [Tuhan] kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, 'Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni',” Bukhari dan Muslim. 2. Sepanjang hari berpuasaSepanjang hari Ramadan, ketika seorang muslim berpuasa adalah momen mustajab untuk berdoa kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW " ... orang yang doanya tidak tertolak adalah orang yang berpuasa sampai ia berbuka," Ahmad.3. Waktu berbuka puasaKetika seorang muslim telah menyelesaikan puasanya dalam keadaan tunduk dan taat kepada Allah SWT, maka doanya menjadi mustajab, terutama jika dipanjatkan di waktu berbuka puasa. Hal itu tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW “Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak 1 Pemimpin yang adil, 2 Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, 3 Doa orang yang terzalimi,” Tirmidzi dan Ibnu Majah. 4. Malam Lailatulqadar dan doa khususnyaTidak ada yang menyangkal keistimewaan malam Lailatulqadar. Sebagaimana dijelaskan Alquran dalam surah Al-Qadr, malam Lailatulqadar adalah malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Umat Islam dianjurkan untuk mencari malam Lailatulqadar yang terletak pada salah satu dari 10 malam terakhir Ramadan. Pada malam itu, amal ibadah akan dilipatgandakan pahalanya dan bernilai berkah di sisi Allah SWT. Selain itu, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak doa, baik itu doa khusus malam Lailatulqadar ataupun doa yang dipanjatkan agar keinginan pribadi seseorang tercapai. Dari Aisyah binti Abu Bakar, ia berkata "Aku bertanya pada Rasulullah SAW 'Wahai Rasulullah, menurutmu, apa yang sebaiknya aku ucapkan ketika menemui Lailatulqadar? Nabi kemudian menganjurkan untuk membaca doa berikutاَللَّهُمَّ اِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى Bacaan latinnya "Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa’fu annii "Artinya "Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau Dzat Maha Pengampun, dan menyukai memberikan pengampunan kepada hamba-Nya, maka ampunilah kesalahanku."Baca juga Doa Menyambut Bulan Ramadhan, Niat Puasa Ramadan & Doa Buka Puasa Kisah Teladan Nabi Muhammad Cara Puasa Rasulullah di Bulan Ramadan - Sosial Budaya Kontributor Abdul HadiPenulis Abdul HadiEditor Dhita Koesno
DanTuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku dengan mendekatkan diri, niscaya akan Aku perkenankan bagimu apa yang kamu harapkan berupa hidayah dan anugerah nikmat. Sesungguhnya orang-orang yang angkuh dan sombong sehingga membuat mereka tidak mau menyembah-Ku, mereka akan masuk ke dalam neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." Baca Selengkapnya
JAKARTA - Oleh Ahmad Habibi Syahid Ud’uni astajib lakum, berdoalah maka niscaya akan Aku kabulkan. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surah al-Mu'min ayat 60 di atas mengisyaratkan kepada manusia untuk selalu menyandarkan sesuatu perkara hanya kepada Allah. Manusia pada hakikatnya adalah satu-satunya makhluk yang Allah berikan akal untuk berpikir dan berusaha. Akan tetapi, di balik kemampuan itu, tentunya ada kekuasaan SAW dalam sabdanya menyatakan, tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah kecuali doa. “Laisa syaiun akroma ala Allahi Ta’ala min ad-du’au.” HR Tarmidzi.Jika ibadah digambarkan ke dalam struktur tubuh manusia maka doa merupakan bagian otaknya ibadah. Doa berperan merencanakan, memulai, dan mengevaluasi. Saat seseorang hendak melakukan pekerjaan dengan berdoa, berarti dia sedang merencanakan sesuatu. Hal ini juga serupa jika doa diibaratkan dengan sebuah pekerjaan yang mendapatkan imbalan. Seseorang yang melakukan pekerjaan pada sebuah perusahaan tentunya akan mendapatkan imbalan atas pekerjaannya. Orang yang berdoa pun akan mendapatkan imbalan, baik imbalan pahala atas apa yang dikerjakan ataupun imbalan berupa terkabulnya doa. Kesimpulannya, doa merupakan bagian dari ibadah. Makin banyak doa dipanjatkan maka makin banyak imbalan atau pahala yang akan didapatkan. Lebih dahsyatnya, dari keutamaan berdoa bagi kehidupan manusia adalah menolak qadar. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya yang diriwayatkan Ibnu Majah bahwa tidak dapat menolak qadar kecuali dengan doa, “wa la yaruddu al-qadar illa ad-du’a.” HR Ibnu Majah. Ada pun hikmah yang dapat diambil dari amalan ibadah dengan berdoa banyak sekali di antara hikmah yang paling utama dari berdoa adalah dekat dengan Allah. Berdoa didefinisikan sebagai satu amalan ibadah dengan tujuan berzikir kepada Allah mengingat Allah. Mengingat Allah dengan memperbanyak amalan ibadah melalui doa adalah cara terbaik. “Maka, sesungguhnya Aku adalah dekat.” definisi dekat dikorelasikan dengan bagaimana seorang hamba mau berdoa, meminta, dan mendekatkan diri kepada Sang Maha Pemberi Allah Subhanahu wa Ta’ala karena sesungguhnya Allah itu menjelaskan dalam firman-Nya bahwa orang-orang yang taat melakukan ibadah senantiasa mengadakan pendekatan kepada Allah dengan memanjatkan doa yang disertai keikhlasan hati yang mendalam. Tentunya, doa yang terkabul adalah doa yang disertai dengan keikhlasan hati serta bersifat kontinu. Hal ini banyak ditegaskan dalam ayat Alquran, di antaranya, “Berdoalah kepada Tuhan-mu dengan berendah diri tadharu’ dan suara yang lembut. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan, janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut akan tidak diterima dan penuh harapan untuk dikabulkan. Sesungguhnya, rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” QS al-Ar’af 55-56. Wallahu a'lambishawab.
Nanti pada hari kiamat Allah Swt akan memperlihatkan setiap doa yang dipanjatkan oleh setiap orang sewaktu di dunia yang tidak Allah kabulkan, dimana Allah berfirman: Hambaku, pada suatu hari kamu memanjatkan doa kepadaku, namun Aku tahan doamu itu, maka inilah pahala sebagai pengganti doamu itu".
JAKARTA - Saat berdoa kepada Allah, kita dianjurkan untuk membacakan puji-pujian kepada Allah. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk membacakan kalimat dalam doa yang mengagungkan Allah. Ibnu Qayyim Al Jauziah, dalam kitabnya yang berjudul Terapi Hati menyebutkan, doa yang berisi nama-nama Allah yang agung, niscaya akan dikabulkan. Di antara doa yang berisi nama Allah yang teragung tersebut adalah yang terdapat pada hadist yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, Nabi Muhammad pernah mendengar seorang laki-laki berdoa "Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu, karena aku menyaksikan bahwa Engkau adalah Allah yang Maha Tunggal, tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tiada seorang pun yang setara dengan-Nya."Mendengar doa laki-laki itu, Nabi bersabda, "Ia telah memohon kepada Allah dengan nama-Nya. Bila seorang memohon dengan memakai nama tersebut, Allah akan memberi. Kalau ia berdoa, Allah pasti mengabulkan memberi ijabah." Kemudian, Nabi mengatakan kepada laki-laki tersebut, "Engkau telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang agung."Selain itu, dalam Musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Shahih Muslim, diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Anas bin Malik, dan Rabiah bin Amir, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda"Pegang teguhlah dengan bacaan, 'Ya Dza al Jalal Wa al Ikram." Artinya yaitu, "Ya Allah yang memiliki keagungan dan kemuliaan." Makna hadist tersebut adalah agar kita bergantung kepada-Nya, berpegang keagungan sifat-Nya, dan terus-menerus membaca nama-namaNya. Lainnya, dalam Jami' karya Imam Tirmidzi disebutkan salah satu hadist yang menyebutkan ketika Rasul sedang risau atau menghadapi suatu persoalan, Rasulullah SAW mengangkat kepala ke langit. Ketika bersunguh-sungguh dalam berdoa, beliau mengucapkan, "Ya Hayyu ya Qayyum Yang Maha Hidup dan berdiri sendiri.""Setiap Muslim yang berdoa dengan ungkapan itu kepada-Nya maka Allah akan mengabulkannya," tulis Ibnu Qayyim. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
. 169 444 310 239 34 286 366 166
berdoalah maka akan aku kabulkan